Ketua Komisariat PMII Makhdum Ibrahim dan Pembina PKPT Menilai Misi Berdirinya PKPT IPNU-IPPNU STITMA Tidak Konstruktif
"segoro wes asin kok tambah di uyahi", mungkin itulah
pepatah jawa yang saya kutip dari diskusi disela-sela acara bersama Ketua
Komisariat PMII Makhdum Ibrahim Tuban Sahabat Imam Setot Ali Basya, dan saya
kira pas untuk saya tulis diawal tulisan ini.
Untuk menciptakan kader NU yang militan dan menjaga keseimbangan di
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban, Jum’at (19/05/17)
pagi tadi, dilaksanakan pelantikan Pengurus Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT)
IPNU-IPPNU sebagai organisasi ekstra kampus. Acara ini juga dihadiri oleh berbagai kalangan
organisasi baik intra maupun ekstra kampus.
Fendi Pradana Putra, selaku Ketua PKPT IPNU-IPPNU
terpilih mengatakan, “PKPT IPNU-IPPNU ini baru ada dan dideklarasikan di
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban, dengan adanya PKPT
IPNU-IPPNU berdiri ini bertujuan sebagai wadah mahasiswa NU di STITMA dalam
mengembangkan ke-NU-an dan ke-Aswaja-an yang berlandaskan pada ajaran Nahdlotul
Ulama’, seperti halnya rutinan Yasin dan Tahlil serta Dziba’iyyah yang saat ini
dinilai sudah semakin surut untuk menjaga tradisi NU dikalangan mahasiswa”.
Dari sambutan inilah yang memantik Ketua
Komisariat PMII Makhdum Ibrahim Sahabat Imam Setot Ali Basya untuk berkomentar.
Saat ditemui disela-sela acara pelantikan tersebut dia menegaskan bahwa “kalau
memang seperti ini misi berdirinya PKPT IPNU-IPPNU STITMA buat apa berdiri
dikalangan mahasiswa?”.
“Mahasiswa adalah kaum muda intelektual
yang mampu membawa perubahan sebagai agen of change dan agen of control social
yang nantinya di implementasikan baik dalam segi sosial agama, sosial
kemasyarakatan maupun sosial politik. Dan kalau memang hanya bertujuan untuk
menjaga tradisi NU dikalangan mahasiswa saja, mengapa kok jadi organisasi
ekstra bukan intra saja?, dan mengapa kok tidak memanfaatkan UKM yang lain saja
kalau memang Cuma menjaga tradisi NU?, dan ini akan menghilangkan esensi makna
dari “mahasiswa’ itu sendiri yang mana ranah pola pemikiran maupun pola
gerakannya sudah harus lebih ekstrem karena gejolak yang ada di Indonesia
sangat besar, apalagi sekarang banyak sekali paham-paham yang mengatasnamakan
Aswaja tetapi tidak sesuai dengan sikap nasionalisme dan saat ini keutuhan NKRI
sedang terancam. Siapa lagi yang akan mempertahankan keutuhan NKRI kalau bukan
kaum intelektual muda dari kalangan mahasiswa, kok begitu gampangnya tujuan
PKPT IPNU-IPPNU berdiri dikalangan mahasiswa”. Ungkapnya dengan panjang lebar.
“STITMA ini kampus yang bernaungan NU,
semua mahasiswa mayoritas juga kalangan NU dan Pesantren, ditambah lagi sudah
ada organisasi yang berdiri bertahun-tahun untuk mewadahi mahasiswa NU di
STITMA yaitu PMII Makhdum Ibrahim, eh.., kok malah berdiri lagi PKPT IPNU-IPPNU
di STITMA sebagai organisasi ekstra pula. Kampus ini sudah kampus hijau, kampus
ini sudah NU mengapa kok malah di NU kan lagi. Iki segoro, lha segoro iku
wes asin, lapo kok di uyahi, gak lucu tha.” Imbuh sahabat Imam yang saat
ini sudah semester 6 tersebut.
Tak hanya sahabat Imam saja. Disamping itu,
Pembina PKPT IPNU-IPPNU Bapak Jamal Ghofir saat ditemui setelah acara tersebut juga
menyayangkan misi berdirinya PKPT IPNU-IPPNU di STITMA selaku dia adalah
Pembina organisasi tersebut sekaligus Alumni IPNU dan PMII. “Saya menilai
tujuan berdirinya PKPT IPNU-IPPNU saat ini tidak konstruktif dan tidak relevan
diguunakan dalam kalangan mahasiswa khususnya yang ada di STITMA, apalagi ini
mengkhawatirkan hilangnya esensi hakikat dari makna mahasiswa itu sendiri
sebagai agen of change dan agen of control sosial” Ungkapnya. (El-Sania)